Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
PERJALANAN MEDAN SABANG (2)
monumen Titik O Kilometer
Kilometer Nol
Perjalanan hari kedua di Sabang kami meninggalkan penginapan di pantai Iboih menuju Monumen Kilometer 0. Jalan menuju ke monumen beraspal namun semakin mendaki. Biaya masuk 25.000 untuk mobil dan 5.000 per orang. Mobil hanya bisa diparkir di dekat pintu masuk sementara motor bisa masuk ke bagian tugu namun harus minta ijin lebih dulu. Menuju tugu kita ditawarkan cindera mata berupa baju, topi dan lain - lain yang khas monumen kilometer nol. Juga ada rujak khas Aceh dengan beberapa lapak yang ada. Kami sempat menikmati di salah satu lapak sambil minum es kelapa dan tidak lupa menikmati pemandangan laut lepas di depan tugu.
melihat lau lepas sambil menikmati rujak dan es kelapa |
Monumennya sendiri merupakan tugu yang kiri dan kanannya berbentuk pisau khas Aceh yaitu rencong dengan burung Garuda di bagian puncak. Jika diperhatikan maka ada lubang berbentuk kotak yang bisa dinikmati saat titik matahari tegak lurus di monumen ini. Bisa menikmati pemandangan dari atas dengan menaiki beberapa anak tangga. setelah berfoto di depan tulisan saya mencoba menikmati pemandangan hutan kecil yang bisa mengantar kita melihat hempasan ombak di pinggir laut yang berbatu. Saat kami datang jalan tersebut diberi peringatan bahwa jalur ini sedang dalam perawatan. Kami terus mencoba melihat memang sangat membutuhkan perawatan karena banyak bagian besi yang sudah berkarat lalu papan di anak tangga yang sudah lapuk. Sempat juga menikmati segrombolan monyet yang ada di dalam semak pepohonan. Monyet di sini tidak mengganggu.
Gua Sarang
Pemandangan sekitar Gua Sarang
Setelah menikmati pemandangan di monumen kilometer nol kami menuju ke Gua Sarang. letak Gua Sarang satu arah dari monumen menuju kota Sabang. Tidak sulit mencarinya karena ada marka jalan. Untuk parkir di tempat ini berada di pinggir jalan. Sebelum masuk membeli tiket kita dapat menaiki tempat yang diberi tangga untuk melihat pemandangan laut biru dibawahnya. Tiket masuk perorang sebesar Rp. 5.000.
di sebelah kiri letak gua sarang |
Yang pertama kita nikmati adalah ayunan yang diletakkan di bawah pohon yang tinggi lalu di depannya pemandangan laut lepas. Ada pondok disedikan buat kita yang ingin istirahat sambil menikmati minuman ringan karena pondoknya sekaligus sebagai warung. selanjutnya kita menuju ke bawah mengikuti anak tangga kecil sampai ke pinggir laut. Pinggira laut dipenuhi dengan batu bulat mulai yang kecil hingga yang besar. Di sini kita dapat menikmati pemandangan pantai, angin yang segar sambil menikmati ayunan. spot ini bukan lokasi utama wisata Gua Sarang. Spot utamanya adalah Gua Sarang yang hanya bisa jelas kelihatan jika kita naik motor air ke arah sebelah kanan dimana ada beberapa batu karang tinggi dan di antaranya nampak seperti gua kalau tidak salah biayanya 250.000 sekali penyewaaan. Atau kita bisa juga berjalan kaki ke sebelah kiri melewati tumpukan batu - batu besar menuju gugusan karang yang tinggi. Jika berjalan kaki kita hanya bisa melihat satu gua kecil dan hanya bisa melihat beberapa gua lain hanya dari samping. Ombak di tempat ini lumayan kuat juga jadi harus berhati - hati sementara itu bebatuan yang licin dan karang menuntut kita super hati - hati.
Dari Gua Sarang saya membawa keluarga mencari penginapan di pusat Kota Sabang yaitu di Losmen Kartika. Losmennya bersih ada ac namun ruang tidak besar. Karena kami hanya transit maka hotel ini jadi pilihan lagi pula dekat ke beberapa spot wisata di pusat kota.
Air Terjun Pria Laot
Setelah menyiapkan kamar buat keluarga saya memilih berjalan sendiri ke beberapa tempat lainnya. tujuan pertama adalah air terjun Pria Laot. Dari pusat kota kembali ke arah Iboih namun tidak jauh ada petunjuk jalan walaupun harus awas karena papan penunjuk lokasi agak kusam dan berwarna coklat jadi bisa terlewatkan. Di lokasi ini tidak ada pengelolaan khusus, tidak ada retribusi dan tidak ada tempat parkir mobil, yang ada hanya parkir motor yang dikelola oleh pemilik pekarangan. Dari lokasi tempat saya parkir mobil menuju lokasi kita seperti menyusuri sungai yang hulunya di air terjun. kita harus berjalan kaki sekitar 15 - 20 menit. Di bagian awal perjalanan kita bisa menikmati aliran sungai dan saya menjumpai para ibu yang mencuci pakaian serta anak - anak yang bermain air sungai yang tidak dalam. Jalannya rata dan datar hanya harus berhati - hati karena daerahnya lembab dipenuhi pohon besar membuat bebatuan yang kita lewati dipenuhi lumut. Sesekali kita harus melompat karena harus melewati bebatuan. Sebagian besar jalan sepertinya sudah dibuat oleh pengelola air minum jadi kita bisa menemukan jalan yang di cor serta saluran pipa besi.
Anoi Itam
pemandangan karang dan laut di depan benteng Anoi Itam sore hari |
benteng dan meriam peninggalan Jepang |
Sekitar benteng ada hamparan rumput hijau serta ada pembatas yang bisa digunakan sebagai tempat duduk. Saya menghampiri seorang pemancing yang kebetulan sering mancing di tempat itu. Dia menunjukkan foto melalui handphonenya ketika di tempat yang sama bisa memancing ikan seberat 20an kg. Hanya untuk menuju lokasi mancing ini kita harus berhati - hati karena karangnya sangat tajam. Jadi selain pemandangan yang cukup bagus lalu dilengkapi dengan wisata sejarah kehadiran Jepang dengan sisa bentengnya kita pun dapat menjadikan lokasi Anoi Itam ini sebagai tempat memancing.
Demikian sedikit kisah liburan di Pulau Sabang...........
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar