Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
BUKIT LAWANG, LANGKAT
Bukit Lawang jaraknya 80 km atau 2,5 jam dari kota Medan terletak di kecamatan Bahorok kabupaten Langkat. Bukit Lawang memiliki beragam wisata alam atau ecowisata. Tempat in masuk dalam kawasan hutan nasional gunung Leuser yang terbentang sampai di Aceh. Bukit Lawang sempat ramai dibicarakan pada tahun 2003 karena mengalami banjir bandang yang berdampak pada kematian ratusan orang, hancurnya rumah dan penginapan di sana.
Menuju BTN
Kami menuju penginapan BTN ( Back To Nature) atau lengkapnya Back To Nature Ecotourism. Kami mengetahui penginapan ini dari postingan di youtube lalu mencari nomor kontak yang tertera di informasi tentang penginapan ini. Lihat dari postingan foto nampaknya peminat lokasi ini adalah orang asing. Tentang penginapan ini lebih lanjut akan dipaparkan sedikit dalam alur cerita ya..
Jelang keberangkatan kami mengalami masalah sehingga melakukan pemesanan ulang, oleh pengelola kami dibantu dan tidak mengalami kesulitan, mungkin karena masih pandemi sehingga belum ada pemesanan kamar di hari yang kami pilih. Kami memang biasa memilih hari di luar hari libur yang mungkin akan ramai pengunjung. Lebih sepi lebih baik buat kami.
Kami memesan 2 kamar di penginapan ini. Sambil beristirahat, menikmati teh panas buatan karyawan kami melihat kamar yang berada di lantai 2. Seluruh penginapan terbuat dari papan kecuali rangka penginapan serta kamar mandi yang terbuat dari beton. Fasilitas dalam kamar ada tempat tidur untuk 2 orang dari papan dengan kelambu dan bambu dengan aroma kayu yang cukup kuat. Kami pernah tinggal di pedalaman Kalimantan Barat jadi agak terbiasa dengan aroma rumah kayu. Rak barang yang terbuat dari bambu. Kamar mandi dengan air melimpah dibangun dengan 3/4nya terbuka. Air berlimpah karena ada sumber mata air dari atas bukit di belakang penginapan. Yang menarik adalah kunci kamar tidak menggunakan pengunci seperti rumah atau penginapan pada umumnya hanya menggunakan pasak yang akan dimasukkan ke dalam lubang untuk menghalangi pintu terbuka.
Guide Tracking Bukit Lawang
Setelah istirahat malam, bangun pagi langsung menikmati pemandangan pagi serta suara arus sungai yang cukup keras hingga masuk ke dalam kamar. Pak Ongat mempersiapkan sarapan dan juga bekal untuk tracking hari ini. Semua masakan dimasak menggunakan kayu bakar, kalau belum terbiasa pasti agak bermasalah dengan aroma tapi buat yang terbiasa seperti kami ,alah menambah lapar.
Setelah sarapan kami melakukan tracking dengan kembali menyusuri jalan semalam ke arah pemukiman melewati pintu masuk kawasan hutan Gunung Leuser. Di pagi hari ini barulah kami melihat jalur yang kami lewati malam kemarin. barulah ami sadar juga bahwa ada jalur jalan yang menarik yaitu jalan di atas batu dimana jalur tersebut dibuat dengan cara menghancurkan batu sehingga membentuk jalur terowongan setengah lingkaran. Untuk tracking kami dipandu oleh pak Gunawan rekan pak Ongat yang sejak semalam ada di penginapan. Kami harus menyeberang menggunakan jembatan gantung yang dibayar Rp. 2.000 per orang. Di jembatan ini kami ditemani lagi oleh guide lainnya yaitu pak Putra yang membawa anaknya. Ternyata mereka pengelola wisata ini telah menetapkan aturan terkait tracking yaitu untuk setiap 2 orang tamu mereka harus didampingi satu orang guide. Salah satu manfaatnya adalah mereka harus bertanggung jawab atas keselamatan tamu jika terjadi sesuatu yang buruk. Misalnya yang sangat terkenal di hutan ini adalah orang hutan yang bernama Mina. Kisah bagaimana para guide harus mengorbankan diri bergelut bahkan digigit oleh Mina adalah kisah perjuangan para guide untuk keamanan para tamu. Pak Gunawan menunjukkan bekas gigitan Mina yang dialaminya beberapa bulan sebelumnya. Mereka, para guide, harus mengorbankan diri jika ada tamu yang tanpa sadar diganggu oleh Mina. Tidak mudah juga menjadi guide di lokasi ini.
Lepas dari Mina kami bertemu lagi dengan orang hutan lain yang juga sedang menggendong anak dan sangat ramah dalam arti seperti tidak pusing akan keberadaan kita walaupun kita mendekat. Lebih jauh lagi kami berjumpa rombongan kera setelah itu berjumpa juga dengan 2 ekor orang utan yang mendekat dan menurut para guide mereka termasuk ramah terhadap manusia salah satunya bernama Juni. Hebat juga para pemandu ini bisa menghafal nama - nama orang utan.
Karena telah siang dan saatnya makan siang kami memutuskan untuk keluar dari bukit gunung Leuser menuju sungai untuk meikmati makan siang di sana. Pemandu sudah mempersiapkan makan siang bagi kami lengkap dengan air minum serta buah - buahan. Menuju sungai kami melewati tempat penangkaran yang sudah tidak dipakai lagi. Untuk menyeberang sungai dengan kedalaman air di atas perut orang dewasa maka kami menyeberang sambil berpegangan sambil diarahkan pemandu untuk memilih jalur yang tidak dalam.
Tubing River
Hari terakhir kami akan kembali ke Medan sambil menikmati Tubing. Tubing seperti arung jeram tetapi memakai ban dalam dari kendaraan besar. Jadi pemilik Tubing akan membawa sekitar 5 ban dalam yang dipikul lalu kelima ban tersebut akan diikat.
Di bagian belakang dan depan dikhususkan bagi pemandu yang akan menggunakan tongkat atau kayu panjang yang akan digunakan jika ban akan berbenturan dengan dinding batu di sungai. Barang bawaan kami semua dimasukkan dalam plastik yang muat untuk 1 tas dan barang lainnya. Barang tersebut juga diletakkan di ban tubing untuk dijadikan sandaran. Kami para penumpang duduk di bagian tengah.
Dalam perjalanan yang menghabiskan waktu selama 30 menit kami menikmati pemandangan juga menikmati adrenalin yang naik turun ketika masuk di jalur air yang deras dengan bebatuan yang sepertinya siap menghempas kami. Jika ingin menikmati tubing lebih dari 30 menit juga bisa. Sepertinya menggunakan tubing ini sangat aman dan sulit untuk terbalik. Akhirnya kami sampai di tengah perkampungan lalu mandi dan pamit kepada para pemandu lalu kami kembali ke Medan. Rencananya kami akan kembali tetapi untuk menikmati tracking ke dalam hutan lalu tinggal di dalam tenda selama satu malam.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar