Langsung ke konten utama

Unggulan

WISATA TANGKAHAN LANGKAT

  WISATA TANGKAHAN sesi foto dengan gajah, tidak gratis ya Jarak Medan ke Tangkahan di Langkat sejauh dua jam tiga puluh menit. Dari Medan ke Tangkahan jalan yang ditempuh cukup baik namum beberapa tempat  atau semakin dekat lokasi jalannya kurang baik karena mobil berjalan lambat. Kebun sawit jadi penanda kita kita akan masuk ke dalam lokasi dan pada hari libur ada antrian untuk membayar biaya masuk area saya lupa biayanya tapi sangat murah namun ini bukan biaya semuanya. Ada beberapa tempat yang bisa dikunjungi di lokasi ini yaitu a. Wisata Sungai Batang Serangan setelah  memarkirkan mobil (ada biaya parkir) kami makan siang lebih dahulu. Banyak warung makan di lokasi ini. Setelah kami turun ke sungai. Karena kami datang saat liburan maka sungai dipenuhi dengan orang. Jika ingin menikmati sungai dengan lebih lama dapat menyewa lapak yang saat liburan harganya naik. Dalam foto dibawah ada beberapa tenda birru itu adalah lapak. di lapak sudah disediakan tikar untuk duduk dan manruh bar

ONO NIHA

 



 


Mengunjungi Pulau Nias dalam rangka membawa bantuan bagi korban bencana banjir di Nias Utara khususnya di Awa’ai di daerah Hilimbosi. Pukul 06.00 saya dan Izi – anak saya -  mencari tempat swab antigen. Hasil swab kami berdua negative,  yang ditunggu selama 30 menit. Setelah itu berkumpul di titik kumpul di GPIB Imanuel Medan.

Pukul 09.00 Wib kami meluncur dengan menuju Kota Sibolga melalui  beberapa kota yaitu Tebing, Pematang Siantar, Balige. Diperkirakan perjalanan selama 8 jam. Di Balige kami istirahat makan siang di rumah makan Caldera  dengan menikmati pemandangan  khas seputaran Danau Toba dengan rumah – rumah serta persawahan. Kami tiba sekitar pukul 14.00 sudah dalam kondisi lapar karena terkena macet di daerah Parapat.

Setelah makan siang kami menuju kota Tarutung untuk beristirahat sejenak. Lalu lanjut lagi menuju kota Sibolga. Menuju kota Sibolga pasti semua yang tahu akan menghadapi jalan yang berkelok. Berapa banyak kelokannya tidak ada yang tahu pasti tapi sangat banyak sampai masuk dalam kota. Sepanjang jalan turun hujan. Setiba di Gua Batu Belanda  menjadi tanda kami akan memasuki kota Sibolga pukul 19.00 Wib. Seperti biasa harus antri di lokasi ini karena jalur jalan gua hanya bisa dilalui dengan satu unit kendaraan saja.

Di kota  Sibolga kami singgah di GPIB Jemaat Siloam Sibolga untuk rehat sejenak dan mengurus pembelian tiket. Salah satu syarat tambahan penumpang kapal penyeberangan ini adalah harus memiliki sertifikat vaksin serta harus melengkapi diri dengan hasil swab antigen yang negative. Kami menjadi penumpang di KM Wira Nauli, kapal yang baru. Kami berangkat pukul 23.00 lalu tiba di kota Gunung Sitoli pukul 07.00. Informasi Izi saat di tengah laut terasa ombak mungkin  karena saya tertidur lelap jadi tidak terasa ombaknya.

Di Gunung Sitoli kami menuju Kantor Sinode Banua Niha Keriso Protestan (BNKP). Kantor Sinode ini dilengkapi dengan hotel serta restaurant dengan nama Tundreheni Hill. Setelah berjumpa dengan Ephorus kami menuju Awa’ai untuk menyerahkan bantuan. Perjumpaan kami diramaikan dengan tarian Maena.Tarian Maena berisi pantun dengan Gerakan yang sama ke arah kiri. Setelah itu kami menuju Teluk Dalam dengan jarak tempuh 3 jam dari kota Gunung Sitoli.

Teluk Dalam adalah ibu kota dari kabupaten Nias Selatan dan menumpang selama beberapa hari di keluarga Laia – Larossa.

Di Teluk Dalam kami mengunjungi situs Megalitikum Gomo, salah satu situs dari beberapa situs yang tersebar baik di kecamatan Gomo, Nias Selatan bahkan di kabupaten lainnya. Situs sepertini diperkirakan sejak 2.500 – 5.000 tahun yang lalu. Gomo adalah nama kecamatan dimana situs itu berada.  Situs ini harus ditempuh 2 jam dari Teluk Dalam dengan jalan yang bagus tetapi menuju ke lokasi ada jalan yang cukup terjal karena itu harus berhati – hati jika saat hujan. Butuh keahlian mengendarai mobil untuk sampai ke tempat mobil bisa diparkir. Dari tempat parkir kita harus berjalan mendaki sejauh 100 meter. Beberapa lokasi situs megalitikum di Pulau Nias memang berada di ketinggian hal ini menandakan bahwa pada jaman dahulu kehidupan orang Nias memang berada di dataran tinggi.  Kami di dampingi satu orang dari penduduk sekitar yang akan memberikan penjelasan serta meminta mengisi buku tamu dan kami memberikan uang ala kadarnya, tidak ada patokan biaya untuk berkunjung di tempat ini.

Ada beberapa informasi tentang situs ini yaitu tiang batu, banyak meja bundar yang terbuat dari batu adalah tempat para perempuan menari. Beberapa kursi dibuat dengan ukiran dan ukiran yang umum berupa kepala binatang seperti kepala kambing yang dipahami sebagai pelindung masyarakat. Beberapa batu meja bundar tempat menari mengeluarkan bunyi yang berbeda. Mungkin suaranya dihasilkan oleh udara yang masuk dalam rongga di bagian bawah meja batu. Dalam beberapa informasi disampaikan bahwa situs ini adalah asal mula “ono niha” atau orang Nias. Tempat ini dulunya dipakai sebagai tempat untuk menyelesaikan permasalahan – permasalahan dalam masyarakat. Karena itu di tempat itu ditemukan juga tempat menghukum orang dengan pemenggalan kepala. Kondisi tempat secara umum  kurang terawat dan terjaga namun karena tempatnya jauh dan berada di tempat yang tidak mudah dijangkau hal itu tidak terlalu dianggap masalah. Untuk ke tempat ini sangat dibutuhkan guide atau yang bisa mendampingi karena signal juga kurang baik sehingga kita mengalami kesulitan untuk menandai lokasi tersebut agar mudah dijangkau dengan google map. Harus banyak bertanya jika tanpa guide karena tidak ada petunjuk jalan atau marka jalan menuju lokasi ini.


Kami meninggalkan situs dengan kagum bahwa orang Nias telah cukup lama memiliki tatanan dalam mengatur kehidupan masyarakat. Namun kami kembali dengan rasa was – was karena harus menempuh jalan yang terjal  walaupun kali ini lebih banyak jalan menurun dan sedikit jalan mendaki. Kami kembali ke Teluk Dalam dengan rasa lapar. Tidak ada rumah makan di dekat situs, yang terdekat hanyalah di tempat yang dinamakan puncak Gomo sebutan masyarakat atau pengelola yang cukup jauh letaknya. Di lokasi puncak Gomo kita bisa melihat pemandangan gunung serta kecamatan Gomo di kaki gunung. Ada tempat berselfie dengan biaya serta bisa berkaraoke menghilangkan lelah.  

Sauhagolo (terima kasih)...........




 




Komentar

Postingan Populer