Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
ONO NIHA
Mengunjungi Pulau Nias dalam
rangka membawa bantuan bagi korban bencana banjir di Nias Utara khususnya di
Awa’ai di daerah Hilimbosi. Pukul 06.00 saya dan Izi – anak saya - mencari tempat swab antigen. Hasil swab kami
berdua negative, yang ditunggu selama 30
menit.
Pukul 09.00 Wib kami meluncur
dengan menuju Kota Sibolga melalui
beberapa kota yaitu Tebing, Pematang Siantar, Balige. Diperkirakan
perjalanan selama 8 jam. Di Balige kami istirahat makan siang di rumah makan
Caldera dengan menikmati pemandangan khas seputaran Danau Toba dengan rumah – rumah
serta persawahan. Kami tiba sekitar pukul 14.00 sudah dalam kondisi lapar
karena terkena macet di daerah Parapat.
Setelah makan siang kami menuju
kota Tarutung untuk beristirahat sejenak. Lalu lanjut lagi menuju kota Sibolga.
Menuju kota Sibolga pasti semua yang tahu akan menghadapi jalan yang berkelok.
Berapa banyak kelokannya tidak ada yang tahu pasti tapi sangat banyak sampai
masuk dalam kota. Sepanjang jalan turun hujan. Setiba di Gua Batu Belanda menjadi tanda kami akan memasuki kota Sibolga
pukul 19.00 Wib. Seperti biasa harus antri di lokasi ini karena jalur jalan gua
hanya bisa dilalui dengan satu unit kendaraan saja.
Di kota Sibolga kami singgah di GPIB Jemaat Siloam
Sibolga untuk rehat sejenak dan mengurus pembelian tiket. Salah satu syarat
tambahan penumpang kapal penyeberangan ini adalah harus memiliki sertifikat
vaksin serta harus melengkapi diri dengan hasil swab antigen yang negative. Kami
menjadi penumpang di KM Wira Nauli, kapal yang baru. Kami berangkat pukul 23.00
lalu tiba di kota Gunung Sitoli pukul 07.00. Informasi Izi saat di tengah
laut terasa ombak mungkin karena saya
tertidur lelap jadi tidak terasa ombaknya.
Di Gunung Sitoli kami menuju
Kantor Sinode Banua Niha Keriso Protestan (BNKP). Kantor Sinode ini dilengkapi
dengan hotel serta restaurant dengan nama Tundreheni Hill. Setelah berjumpa
dengan Ephorus kami menuju Awa’ai untuk menyerahkan bantuan. Perjumpaan kami
diramaikan dengan tarian Maena.Tarian Maena berisi pantun dengan Gerakan yang
sama ke arah kiri. Setelah itu kami menuju Teluk Dalam dengan jarak tempuh 3
jam dari kota Gunung Sitoli.
Teluk Dalam adalah ibu kota dari
kabupaten Nias Selatan dan menumpang selama beberapa hari di keluarga Laia –
Larossa.
Di Teluk Dalam kami mengunjungi
situs Megalitikum Gomo, salah satu situs dari beberapa situs yang tersebar baik
di kecamatan Gomo, Nias Selatan bahkan di kabupaten lainnya. Situs sepertini
diperkirakan sejak 2.500 – 5.000 tahun yang lalu. Gomo adalah nama kecamatan dimana
situs itu berada. Situs ini harus
ditempuh 2 jam dari Teluk Dalam dengan jalan yang bagus tetapi menuju ke lokasi
ada jalan yang cukup terjal karena itu harus berhati – hati jika saat hujan.
Butuh keahlian mengendarai mobil untuk sampai ke tempat mobil bisa diparkir. Dari
tempat parkir kita harus berjalan mendaki sejauh 100 meter. Beberapa lokasi
situs megalitikum di Pulau Nias memang berada di ketinggian hal ini menandakan
bahwa pada jaman dahulu kehidupan orang Nias memang berada di dataran tinggi. Kami di dampingi satu orang dari penduduk
sekitar yang akan memberikan penjelasan serta meminta mengisi buku tamu dan
kami memberikan uang ala kadarnya, tidak ada patokan biaya untuk berkunjung di
tempat ini.
Ada beberapa informasi tentang situs ini yaitu tiang batu, banyak meja bundar yang terbuat dari batu adalah tempat para perempuan menari. Beberapa kursi dibuat dengan ukiran dan ukiran yang umum berupa kepala binatang seperti kepala kambing yang dipahami sebagai pelindung masyarakat. Beberapa batu meja bundar tempat menari mengeluarkan bunyi yang berbeda. Mungkin suaranya dihasilkan oleh udara yang masuk dalam rongga di bagian bawah meja batu. Dalam beberapa informasi disampaikan bahwa situs ini adalah asal mula “ono niha” atau orang Nias. Tempat ini dulunya dipakai sebagai tempat untuk menyelesaikan permasalahan – permasalahan dalam masyarakat. Karena itu di tempat itu ditemukan juga tempat menghukum orang dengan pemenggalan kepala. Kondisi tempat secara umum kurang terawat dan terjaga namun karena tempatnya jauh dan berada di tempat yang tidak mudah dijangkau hal itu tidak terlalu dianggap masalah. Untuk ke tempat ini sangat dibutuhkan guide atau yang bisa mendampingi karena signal juga kurang baik sehingga kita mengalami kesulitan untuk menandai lokasi tersebut agar mudah dijangkau dengan google map. Harus banyak bertanya jika tanpa guide karena tidak ada petunjuk jalan atau marka jalan menuju lokasi ini.
Sauhagolo (terima kasih)...........
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar