Langsung ke konten utama

Unggulan

WISATA TANGKAHAN LANGKAT

  WISATA TANGKAHAN sesi foto dengan gajah, tidak gratis ya Jarak Medan ke Tangkahan di Langkat sejauh dua jam tiga puluh menit. Dari Medan ke Tangkahan jalan yang ditempuh cukup baik namum beberapa tempat  atau semakin dekat lokasi jalannya kurang baik karena mobil berjalan lambat. Kebun sawit jadi penanda kita kita akan masuk ke dalam lokasi dan pada hari libur ada antrian untuk membayar biaya masuk area saya lupa biayanya tapi sangat murah namun ini bukan biaya semuanya. Ada beberapa tempat yang bisa dikunjungi di lokasi ini yaitu a. Wisata Sungai Batang Serangan setelah  memarkirkan mobil (ada biaya parkir) kami makan siang lebih dahulu. Banyak warung makan di lokasi ini. Setelah kami turun ke sungai. Karena kami datang saat liburan maka sungai dipenuhi dengan orang. Jika ingin menikmati sungai dengan lebih lama dapat menyewa lapak yang saat liburan harganya naik. Dalam foto dibawah ada beberapa tenda birru itu adalah lapak. di lapak sudah disediakan tikar untuk duduk dan manruh bar

Bawomataluo, tidak sekedar Hombo Batu




Selepas perjalanan melihat Situs Megalitikum di Kecamatan Gomo, kami melanjutkan perjalanan menuju Bawomataluo di Teluk Dalam.  Bawomataluo dikenal dengan budaya Lompat Batunya yang mendunia.  Bawomataluo yang berarti bukit matahari  berada di ketinggian yang merupakan ciri khas pemukiman tua di Pulau Nias seperti yang dilihat di situs Gomo. Tidak seperti menuju situs Gomo, menuju lokasi lompat batu tidak sulit karena di arahkan oleh marka atau penunjuk jalan serta ada gapura ucapan selamat datang sebagai penanda sudah memasuki wilayah tersebut. Jalan menuju lokasi semakin menyempit saat 50 meter dari tangga menuju lokasi karena itu harus antri dan saling membantu agar bisa melewati jalan yang sempit itu.

Jika saya sebelumnya hanya mengenal tradisi Lompat Batu atau Hombo Batu namun setelah melihat tempat ini pasti lebih dari itu keunikan tempat ini.  Bawomataluo adalah kampung yang masih mempertahankan penataan serta bentuk rumah jaman dahulu atau omo hada. Tempatnya yang terletak di ketinggian serta rumah alami di lengkapi ukiran - ukiran masa lampau yang masih dipertahankan membuat tempat ini sangat eksotis. 


Di tempat ini ada dua lokasi parkir, lokasi pertama persis di samping tangga pintu masuk, yang lainnya bisa di lapangan futsal di sebelah kiri. Saya tidak menghitung berapa tangga dari bawah sampai di atas menuju kampung. Sesampai di atas sambil mengatur napas rasa letih hilang ketika melihat pemandangan  di depan pintu masuk yang mempertontonkan alam yang hijau, laut lepas serta matahari yang akan terbenam. Mulai dari gapura masuk langsung tersaji jalan besar yang membelah kampung di atas bukit ini. Setiap rumah yang diperkirakan ada  dua ratusan rumah  dengan rumah raja atau mungkin kepala suku  menjadi pusat kampung  tersebut. Setiap rumah masih mempertahankan bentuk yang lama atau asli dan di bagian depan rumah sebagian besar memiliki batu ukiran yang juga menarik. Sangat menarik melihat rumah - rumah yang mempertahankan bentuk lamanya namun diwarnai dengan sentuhan modern juga. Di beberapa rumah tersedia souvenir sebagai oleh - oleh jika berminat.

Kami menuju rumah raja yang saat itu dihuni oleh raja generasi ke lima. Raja mungkin dipahami sebagai kepala suku. Rumah raja  lebih besar 3 kali lipat dari rumah penduduk walaupun dalam pola bangunan yang sama. Didirikan di atas banyak kayu bulat yang diameternya lebih luas dari pelukan saya, jarak kayu bulat yang rapat, dengan ketinggian kayu sekitar 2-3 meter, kita harus meniti papan yang tingginya 1 meter di atas tanah di antara katu bulat itu.. Betapa kokohnya pondasi rumah raja ini yang dibangun tanpa menggunakan paku. Ruangan raja ada di lantai atas perlu kehati -hatian untuk naik di tangga yang sedikit curam dengan pijakan sempit yang bisa dipijak dengan setengah kaki. 

Rumah raja ini yang sudah berusia ratusan tahun, terbagi dari beberapa bagian. Ruangan raja dimana ada bagian yang lapang beralas papan, kursi raja  di sebelah kiri dan kursi isteri raja di sebelah kanan. Sangat kurang sinar yang masuk sehingga ruangan nampak gelap. Ada beberapa ornamen di dinding yang terbuat dari kayu yang tebal, rahang binatang berjejer dibagian atas serta gendang besar dan panjang tergantung di sisi kanan. Menarik untuk melihat ukiran - ukiran yang menonjol keluar seperti relief yang sangat halus yang tertempel di dinding papan tersebut.




Dibagian belakang ada tempat masak dengan kayu bakar serta ruang penyewaan baju adat, karena dibayarkan maka saya tidak tahu berapa harga sewa perkostum. Disediakan costum daerah bagi laki - laki dan perempuan dewasa serta anak - anak. Keluarga raja tinggal dibagian ini. Di bagian ini ada balai - balai dari papan yang cukup lebar demikian juga di ruangan sebelahnya yang lebih kecil.

Dengan pakaian atau costum daerah tersebut kami berselfie atau berwefie ala - ala suku nias, mirip sedikitlah kalau dengan pakaian daerah seperti ini. Setelah itu kami menyaksikan atraksi lompat batu yang hanya diberikan bagi setiap rombongan satu kali. Batu terdiri atas dua bagian yaitu bagian belakang yang kecil dan pendek  setinggi mata kaki sebagai tempat pijakan dan batu yang besar dan tinggi yang akan dilompati. Pelompatnya pastinya berbadan langsing dan pasti terlatih. Sayangnya lompatan seperti itu tidak bisa diulang atau mungkin bisa jika diminta.


Setelah itu kami berjalan pulang ke arah gapura dengan tangga tadi saat kami masuk, semua berjalan pelan mungkin masih ingin menikmati. Saya singgah sebentar menikmati matahari terbenam sambil bersyukur akhirnya bisa ke tempat ini. Saya pastikan tempat ini .......lebih dari sekedar lompat batu.

Ya'ahowu..................








Komentar

Postingan Populer