Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Merah Putih dan Holyland
Saya dan rombongan ke Israel untuk melihat kota Yerusalem dan sekitarnya di awal tahun 2020 sebelum Covid 19 menyebar menjadi pandemi. Saya mengambil jalur pendek hanya 7 hari dengan mengunjungi situs – situs di Betlehem, ke padang sampai ke Laut Mati dan terakhir di seputaran Danau Galilea. Selama tujuh hari tersebut saya menikmati momen – momen keindonesiaan saya tergelitik ada yang membuat saya tertawa geli walaupun hanya dalam hati tetapi juga tergelitik untuk mengatupkan tangan membawa doa agar hubungan kedua negara ini bisa menjadi lebih baik.
Ada banyak pengalaman berdasarkan
apa yang dilihat, didengar dan diamati. Yang paling mengesankan dan sedikit
menimbulkan tawa dalam hati adalah bagaimana kami dilayani sebagai orang
Indonesia. Ini yang menurut saya menarik di sana dari sekian banyak hal rohani
tentunya.
Setelah mengunjungi Bukit Zaitun yang terletak diseberang tembok
kota Yerusalem yaitu seberang Pintu Gerbang Emas kami menuju Betlehem yang
masuk wilayah Palestina. Di sana kami
makan di rumah makan Chinesefood yang dikelola oleh orang Palestina. Mereka ternyata pernah ke Indonesia jadi bisa
sedikit bahasa Indonesia walaupun terbata - bata. Makanan yang disajikan yang
khas seperti yang sering dinikmati di Indonesia membuat serasa saya tidak
berada jauh dari rumah. Apalagi buat kami yang dari Medan makanan chinesefood mudah
kali dijumpai.
Selanjutnya mengunjungi jalan yang disebut Via Dolorosa yang
sekaligus merupakan napak tilas perjalanan Yesus Kristus memikul salib. Lagi –
lagi di sini pun saya tidak merasa asing dengan
karena para pedagang di Via Dolorosa menawarkan dagangan mirip di pasar –
pasar tradisional khususnya kalau kita melewati penjual pakaian. Mereka merayu
kami dengan kalimat “ satu, 5 (lima) dolar” untuk kain dan semacamnya atau “
satu 3 (tiga) dollar” untuk minuman dari buah manggis yang sangat besar dibanding
manggis Indonesia. Dari mana mereka tahu kami dari Indonesia ? Dari mana mereka
belajar bahasa Indonesia ? Mungkinkah karena sudah hafal dengan wajah Mr. Oded
yang mungkin rutin membawa peziarah dari Indonesia ? Saya membatin bahwa para pedagang ternyata punya metode”
marketing universal” dalam hal berjualan. Saya pikir Via Dolorosa akan saya
jalani dengan khidmat tapi ternyata saya malah tertarik dengan perilaku
pedagang yang mirip dengan pedagang di Indonesia.
Berikutnya kami menuju ke Laut
Mati dengan hamparan padang gurun sejauh mata memandang. Sebelumnya singgah lebih
dulu di kota Yerikho tempat dimana Yesus Kristus dibawa untuk di goda Iblis,
nama tempatnya sekarang adalah Mount Of Temptation. Di tempat ini nampaknya
kami yang sedang digoda. Kami digoda dengan kalimat yang sama di Via Dolorosa yaitu “satu, 5 (lima) dollar”. Tapi kali ini kalimat
itu disampaikan setelah penjelasan tentang barang dagangannya
khususnya kurma. Kali ini pedagangnya lebih fasih bahasa Indonesia, dari wajahnya
kelihatan masih sangat muda. Karena penasaran saya lalu menanyakan dari mana ia belajar bahasa Indonesia dengan fasih,
jawabnya ia sering ke Indonesia. Kalau ke Indonesia, ia dan keluarganya selalu pergi
ke pasar Tanah Abang. Dan ternyata guide kami juga sering ke Indonesia dan
sering juga ke pasar Tanah Abang. Sambil melihat barang apa yang menarik untuk
dibeli, saya membatin lagi, jangan – jangan ada barang dari Tanah Abang di jual
di toko ini.
Di luar rute kunjungan kami
ditawarkan untuk mengunjungi Gunung Hermon.
Menuju ke Gunung tersebut kami singgah sebentar minum kopi di keluarga
yang beragama Druze. Menarik karena kata tuan rumah semua agama sama menyembah
Tuhan. Betul sekali pesan bapak itu, di Gunung Hermon yang tinggi kami semua menikmati salju pemberian Tuhan di
gunung ini. Semua orang apapun agamanya menikmati keindahan gunung bersalju.
Saat Kembali dari puncak gunung saya berjumpa dengan keluarga Israel dan minta
foto bersama. Saya sampaikan kalau saya dari Indonesia dan berharap mereka juga
bisa ke Indonesia. Dari tanggapan mereka nampak jelas mereka tahu bahwa Indonesia
dan Israel tidak mempunyai hubungan diplomatik karena itu mereka akan mengalami
kesulitan untuk ke Indonesia. Di sisi ini saya berharap mereka dan orang Israel
lainnya suatu saat bisa ke Indonesia untuk melihat keindahan Indonesia.
Yang membuat saya berterima kasih kepada pengelola pariwisata di Israel adalah kami bisa mengibarkan bendera Merah Putih di danau Galilea di atas kapal Haifa sambal menyanyikan lagu Indonesia Raya. Rasanya berbeda sekali menyanyikan lagu ini dalam peziarahan rohani seolah memberi pesan bahwa sekultus apapun kota Yerusalem sebagai holyland tetapi Indonesia juga adalah holyland kami karena kami adalah Indonesia.
Semakin kami diingatkan akan keindonesiaan kami dengan lagu Batak dan tarian Maumere. Danau Galilea yang diketahui tempat beberapa peristiwa penting terjadi salah satunya adalah peristiwa Yesus Kristus berjalan di atas air. Sekarang menjadi penting juga bagi Indonesia karena menjadi spot bendera Merah Putih, lagu Indonesia Raya, lagu Batak dan tarian Maumere dinyanyikan dan digerakkan. Suatu peziarahan iman sekaligus peziarahan kebangsaan,
Selamat Hari Ulang Tahun Republik
Indonesia yang ke 75……….. Indonesia is my holyland
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Mantap PaPend...kapan lagi ke Holyland dengan Nyora yaa...
BalasHapusmudah - mudahan ada waktunya..trims atensinya
Hapus